Bagaimanakah cara membuat aspal yang berkualitas tinggi? Bahan baku apa saja yang diperlukan dalam proses pembuatan aspal? Sebagai penyedia jasa pengaspalan jalan, PT. Ratu Aspal Indonesia juga memproduksi sendiri aspal yang digunakan sehingga kami bisa memastikan kualitas jalan aspal memang terjamin mutunya. Berikut ini akan kami bahas secara mendalam mengenai bagaimana cara membuat aspal mulai dari proses, bahan, hingga teknik pencampuran yang tepat.
Aspal, sebagai salah satu material penting dalam konstruksi infrastruktur, memerlukan proses produksi yang cermat dan efisien. Proses ini melibatkan langkah-langkah yang meliputi pemanasan agregat, pencampuran dengan aspal, dan aplikasi campuran tersebut pada lokasi proyek. Sebuah penelitian oleh Raffaele et al. (2019) menyoroti pentingnya pengoptimalan proses produksi ini untuk meningkatkan kualitas serta meminimalkan dampak lingkungan.
Bahan Baku Aspal
Proses pembuatan aspal dimulai dengan pemilihan bahan baku yang berkualitas. Aspal dibuat dari kombinasi agregat (kerikil, pasir, dan debu batu) dan bitumen. Bitumen adalah bahan pengikat yang berasal dari penyulingan minyak bumi.
Agregat
Bahan baku ini merupakan bahan granular yang digunakan dalam konstruksi, termasuk pasir, kerikil, batu pecah, slag, dan berbagai bahan alami atau daur ulang. Agregat merupakan komponen utama dalam beton dan campuran aspal, memberikan kekuatan, stabilitas, dan volume. Dalam campuran aspal, agregat berfungsi untuk meningkatkan kekuatan mekanis dan ketahanan terhadap keausan serta memberikan stabilitas struktural pada jalan dan struktur lainnya.
Karakteristik Agregat Berkualitas Tinggi Berdasarkan Penelitian Ilmiah
Bahan baku yang Agregat berkualitas tinggi memiliki beberapa karakteristik penting yang mempengaruhi kinerjanya dalam aplikasi konstruksi. Berikut adalah beberapa sifat utama agregat berkualitas tinggi berdasarkan penelitian ilmiah:
- Ukuran dan Gradasi
- Ukuran butir dan distribusi partikel agregat (gradasi) sangat penting untuk mencapai campuran yang padat dan stabil. Gradasi yang baik menghasilkan campuran dengan void yang minimal, meningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap deformasi. Penelitian oleh Anderson et al. (2001) menunjukkan bahwa gradasi yang optimal dapat meningkatkan stabilitas campuran aspal dan memperpanjang umur pakai jalan.
- Kekerasan dan Ketahanan Terhadap Abrasi
- Agregat harus memiliki kekerasan dan ketahanan terhadap abrasi yang cukup untuk menahan beban lalu lintas dan kondisi cuaca yang ekstrem. Tes ketahanan terhadap abrasi seperti Los Angeles Abrasion Test digunakan untuk menilai kualitas agregat. Menurut studi oleh Wu et al. (1998), agregat dengan ketahanan abrasi yang tinggi menghasilkan campuran aspal yang lebih tahan lama dan tahan terhadap keausan.
- Kebersihan
- Agregat harus bebas dari bahan organik, debu, lumpur, atau kotoran lain yang dapat mengganggu ikatan antara agregat dan aspal. Bahan kontaminan dapat mengurangi kekuatan ikatan dan menyebabkan kegagalan prematur pada struktur jalan. Penelitian oleh Kandhal dan Parker (1998) menegaskan bahwa agregat yang bersih dan bebas kontaminan meningkatkan adhesi dan kohesi campuran aspal.
- Bentuk dan Tekstur Permukaan
- Bentuk dan tekstur permukaan agregat mempengaruhi kemampuan campuran aspal untuk mengunci dan meningkatkan stabilitas mekanis. Agregat dengan permukaan kasar dan bentuk kubik lebih disukai karena memberikan ikatan yang lebih baik dan mengurangi potensi deformasi. Menurut studi oleh Masad et al. (2001), agregat dengan bentuk dan tekstur yang baik memberikan kinerja mekanis yang unggul dalam campuran aspal.
- Kekuatan Tekan dan Ketahanan Terhadap Hancur
- Agregat harus memiliki kekuatan tekan yang tinggi untuk menahan beban lalu lintas tanpa hancur. Tes kekuatan tekan seperti Aggregate Crushing Value (ACV) digunakan untuk mengevaluasi kualitas ini. Penelitian oleh Neville (1995) menunjukkan bahwa agregat dengan kekuatan tekan tinggi menghasilkan beton dan campuran aspal yang lebih kuat dan tahan lama.
Bitumen
Bitumen adalah bahan hidrokarbon yang berasal dari minyak mentah dan digunakan sebagai bahan pengikat dalam campuran aspal untuk konstruksi jalan. Bitumen memiliki sifat viskoelastis, yang berarti dapat bersifat elastis dan cair tergantung pada suhu. Pada suhu tinggi, bitumen menjadi lebih cair, sementara pada suhu rendah, bitumen mengeras dan menjadi lebih rapuh. Penggunaan bitumen dalam konstruksi jalan memberikan sifat adhesi yang kuat, kekuatan, dan ketahanan terhadap berbagai kondisi cuaca.
Karakteristik Bitumen Berkualitas Tinggi
Bitumen yang berkualitas tinggi memiliki beberapa karakteristik penting yang menjadikannya unggul untuk aplikasi konstruksi jalan. Berdasarkan penelitian ilmiah, bitumen berkualitas tinggi harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
- Viskositas dan Konsistensi:
- Bitumen berkualitas tinggi harus memiliki viskositas yang sesuai untuk aplikasi suhu tinggi dan rendah. Viskositas yang tepat memastikan bitumen dapat diaplikasikan dengan mudah dan tetap stabil pada berbagai kondisi suhu. Penelitian oleh Lu dan Isacsson (2002) menunjukkan bahwa viskositas bitumen berhubungan langsung dengan performa jalan, di mana viskositas yang optimal dapat meningkatkan ketahanan jalan terhadap deformasi dan kerusakan.
- Adhesi dan Kohesi:
- Kemampuan adhesi (kemampuan menempel pada agregat) dan kohesi (kekuatan internal) adalah kunci utama dalam menentukan kualitas bitumen. Bitumen harus mampu menempel kuat pada agregat untuk membentuk campuran yang stabil dan tahan lama. Studi oleh Youtcheff et al. (1997) menegaskan bahwa bitumen dengan adhesi yang tinggi terhadap agregat mengurangi risiko pemisahan agregat dan meningkatkan umur pakai jalan.
- Ketahanan Terhadap Penuaan:
- Bitumen harus tahan terhadap penuaan oksidatif, yang dapat menyebabkan pengerasan dan penurunan fleksibilitas seiring waktu. Bitumen yang berkualitas tinggi menunjukkan ketahanan yang baik terhadap penuaan, yang diuji melalui metode laboratorium seperti RTFOT (Rolling Thin Film Oven Test). Menurut penelitian oleh Petersen et al. (1993), stabilitas oksidatif yang tinggi pada bitumen mengurangi keretakan dan meningkatkan masa pakai jalan.
- Elastisitas dan Ketahanan Terhadap Retak:
- Bitumen berkualitas tinggi harus memiliki elastisitas yang cukup untuk menyerap tegangan tanpa retak. Pengujian menggunakan alat seperti Dynamic Shear Rheometer (DSR) membantu menilai elastisitas bitumen pada berbagai suhu. Studi oleh Bahia dan Anderson (1995) menunjukkan bahwa bitumen dengan modulus elastisitas yang tinggi cenderung lebih tahan terhadap retak dan deformasi permanen.
- Penetrasi dan Titik Lembek:
- Karakteristik penetrasi dan titik lembek adalah indikator penting dari kekerasan dan titik leleh bitumen. Bitumen dengan penetrasi yang tepat dan titik lembek yang tinggi biasanya lebih tahan terhadap deformasi di bawah beban berat dan kondisi panas. Penelitian oleh Read dan Whiteoak (2003) menyoroti bahwa bitumen dengan penetrasi dan titik lembek yang dioptimalkan menunjukkan kinerja yang lebih baik di berbagai kondisi lingkungan.
Langkah-langkah Membuat Aspal
Proses pembuatan aspal melibatkan berbagai tahapan yang harus dilakukan dengan cermat untuk menghasilkan jalan yang kuat dan tahan lama. Berikut adalah penjelasan langkah-langkah pembuatan aspal, mulai dari persiapan hingga finishing.
Persiapan Bahan
Pemilihan dan Pengolahan Agregat
- Agregat Kasar dan Halus: Agregat kasar (kerikil, batu pecah) dan agregat halus (pasir) dipilih berdasarkan spesifikasi teknis proyek.
- Pembersihan: Agregat dibersihkan untuk menghilangkan debu, kotoran, dan bahan organik yang dapat mengganggu adhesi dengan bitumen.
- Pengayakan: Agregat diayak untuk mendapatkan gradasi yang sesuai.
Pemilihan Bitumen
- Bitumen dipilih berdasarkan suhu lingkungan dan spesifikasi teknis proyek, memastikan viskositas dan titik lembek yang sesuai.
Pengolahan Bahan
Pemanasan Agregat
- Pemanasan Awal: Agregat dipanaskan dalam dryer drum hingga mencapai suhu sekitar 150-180°C untuk menghilangkan kelembaban.
- Pengontrolan Suhu: Suhu agregat harus dikontrol dengan ketat untuk menghindari overheating yang dapat merusak kualitasnya.
Pemanasan Bitumen
- Bitumen dipanaskan dalam tangki terpisah hingga mencapai suhu sekitar 150-160°C untuk mencairkannya sehingga mudah dicampur dengan agregat.
Pencampuran
Pencampuran Awal
- Agregat panas dan bitumen cair dicampur dalam pug mill atau drum mixer untuk memastikan distribusi bitumen yang merata pada agregat.
- Penambahan Bahan Tambahan: Bahan tambahan seperti filler atau aspal modifikasi dapat ditambahkan untuk meningkatkan kinerja campuran.
Homogenisasi
- Campuran diaduk terus menerus untuk mencapai homogenisasi, memastikan semua partikel agregat terlapisi bitumen dengan merata.
Transportasi ke Lokasi Proyek
Pengangkutan Campuran Aspal
- Campuran aspal panas dipindahkan ke truk pengangkut khusus yang dilengkapi dengan penutup untuk menjaga suhu selama transportasi.
- Pengaturan Waktu Pengiriman: Waktu pengiriman diatur agar campuran tiba di lokasi dalam kondisi panas dan siap untuk diaplikasikan.
Penerapan di Lokasi Proyek
Penyiapan Permukaan
- Permukaan jalan yang akan dilapisi aspal dibersihkan dari kotoran dan debu, serta diperbaiki jika ada kerusakan.
- Aplikasi Prime Coat: Lapisan prime coat (lapisan perekat) diaplikasikan untuk meningkatkan adhesi antara lapisan dasar dan campuran aspal.
Penghamparan Campuran Aspal
- Campuran aspal dihamparkan menggunakan paver untuk memastikan ketebalan dan kemiringan yang sesuai.
- Pengaturan Ketebalan: Ketebalan lapisan diatur sesuai spesifikasi desain untuk memastikan daya dukung yang optimal.
Pemadatan Awal
- Pemadatan awal dilakukan menggunakan roller statis atau tandem roller untuk menekan lapisan aspal.
- Pengontrolan Suhu: Pemadatan dilakukan pada suhu optimal (sekitar 120-140°C) untuk memastikan hasil yang baik.
Pemadatan Lanjutan
- Pemadatan lanjutan dilakukan dengan vibratory roller untuk mencapai kepadatan yang diinginkan.
- Pengecekan Kepadatan: Kepadatan diuji secara berkala untuk memastikan tidak ada rongga udara yang berlebihan.
Finishing Surface
- Permukaan aspal diratakan dan dihaluskan untuk mencapai tekstur permukaan yang baik.
- Pengendalian Kualitas: Permukaan diperiksa untuk memastikan tidak ada ketidakrataan atau cacat.
Pendinginan dan Pembukaan Lalu Lintas
- Campuran aspal didinginkan hingga mencapai suhu lingkungan sebelum dibuka untuk lalu lintas.
- Pemberian Markah Jalan: Setelah pendinginan, markah jalan diaplikasikan untuk memberikan panduan lalu lintas.
Proses pembuatan aspal memerlukan perhatian detail pada setiap tahap, mulai dari persiapan bahan hingga finishing. Penggunaan teknologi canggih dan kontrol kualitas yang ketat sangat penting untuk menghasilkan jalan yang kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan. Implementasi praktik terbaik dan inovasi dalam teknologi produksi dapat lebih meningkatkan efisiensi dan kualitas dari proses pembuatan aspal.
Metode Produksi Aspal
Produksi aspal adalah proses yang melibatkan beberapa tahapan untuk menghasilkan campuran aspal berkualitas tinggi yang digunakan dalam konstruksi jalan. Berikut adalah metode produksi aspal secara detail, mencakup peralatan, prosedur, dan teknologi yang digunakan.
Batching Plant (Pabrik Pencampur Takaran)
Pengolahan Agregat
- Pengeringan dan Pemanasan Agregat: Agregat mentah pertama-tama dimasukkan ke dalam dryer drum di mana mereka dikeringkan dan dipanaskan hingga suhu sekitar 150-180°C. Proses ini penting untuk menghilangkan kelembapan dan memastikan agregat siap dicampur dengan aspal.
- Pengayakan Agregat: Setelah dipanaskan, agregat diayak untuk memisahkan ukuran partikel yang berbeda dan memastikan distribusi ukuran yang tepat.
Penakaran Bahan
- Penakaran Agregat: Agregat yang telah dipanaskan ditimbang secara tepat menggunakan sistem penakaran otomatis untuk mencapai proporsi yang diinginkan sesuai dengan spesifikasi campuran.
- Penakaran Aspal: Bitumen dipanaskan secara terpisah hingga suhu sekitar 150-160°C dan ditakar sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan.
Pencampuran Bahan
- Pencampuran Awal: Agregat dan bitumen dicampur dalam pug mill atau drum mixer. Proses pencampuran berlangsung selama 30-45 detik hingga mencapai homogenitas yang diinginkan.
- Penambahan Bahan Tambahan: Jika diperlukan, bahan tambahan seperti filler atau aspal modifikasi polimer dapat ditambahkan untuk meningkatkan kinerja campuran.
Drum Mix Plant (Pabrik Pencampur Drum)
Pengeringan dan Pencampuran Terus-menerus
- Proses Pengeringan: Dalam drum mix plant, agregat dikeringkan dan dipanaskan dalam drum yang sama di mana pencampuran berlangsung.
- Proses Pencampuran: Bitumen ditambahkan ke drum yang berputar secara terus-menerus untuk mencampur dengan agregat panas. Proses ini memungkinkan pencampuran terus-menerus tanpa berhenti.
Sistem Pengumpanan dan Pengeluaran
- Pengumpanan Bahan: Agregat dan bitumen diumpankan secara kontinu ke dalam drum. Sistem otomatis memastikan proporsi yang tepat selama proses berlangsung.
- Pengeluaran Campuran Aspal: Campuran aspal panas dikeluarkan secara kontinu dari drum dan siap untuk diangkut ke lokasi proyek.
Teknologi Tambahan dalam Produksi Aspal
Warm Mix Asphalt (WMA)
- Penggunaan Bahan Tambahan: Bahan kimia atau aditif digunakan untuk memungkinkan produksi aspal pada suhu yang lebih rendah (sekitar 20-40°C lebih rendah dari suhu konvensional).
- Keuntungan Lingkungan: Teknologi WMA mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi energi, serta meningkatkan kondisi kerja dengan mengurangi paparan suhu tinggi.
Reclaimed Asphalt Pavement (RAP)
- Penggunaan Aspal Daur Ulang: RAP melibatkan penggunaan kembali aspal bekas yang dihancurkan dan dicampur dengan agregat dan bitumen baru.
- Keuntungan Ekonomi dan Lingkungan: Menggunakan RAP mengurangi kebutuhan bahan baku baru, menurunkan biaya, dan mengurangi limbah.
Kontrol Kualitas dalam Produksi Aspal
Pengujian Laboratorium
- Pengujian Agregat: Agregat diuji untuk parameter seperti kekerasan, gradasi, dan kebersihan untuk memastikan kualitas yang konsisten.
- Pengujian Bitumen: Bitumen diuji untuk viskositas, penetrasi, dan titik lembek untuk memastikan sesuai dengan spesifikasi teknis.
Pengendalian Proses
- Monitoring Suhu: Suhu agregat dan bitumen dipantau secara kontinu untuk memastikan konsistensi pencampuran.
- Pengujian Campuran: Sampel campuran aspal diambil secara berkala dan diuji untuk kepadatan, stabilitas, dan kandungan bitumen.
Metode produksi aspal melibatkan berbagai tahapan dan teknologi untuk menghasilkan campuran aspal berkualitas tinggi. Penggunaan teknologi modern seperti Warm Mix Asphalt dan Reclaimed Asphalt Pavement, serta kontrol kualitas yang ketat, memastikan efisiensi produksi dan kinerja yang optimal. Dengan memperhatikan setiap detail dalam proses ini, industri aspal dapat menghasilkan material yang kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan.
Aspek Lingkungan dalam Produksi Aspal
Proses pembuatan aspal memiliki beberapa dampak lingkungan yang signifikan, mulai dari emisi gas rumah kaca hingga penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Beberapa aspek lingkungan utama yang terkait dengan produksi aspal meliputi:
- Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
- Proses pemanasan agregat dan aspal dalam pembuatan aspal menghasilkan emisi GRK seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (NOx). Emisi ini berkontribusi pada perubahan iklim global.
- Polusi Udara
- Pembakaran bahan bakar fosil dalam proses produksi aspal juga menghasilkan polutan udara seperti partikel-partikel halus (PM2.5 dan PM10), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2). Polutan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan pernapasan dan menurunkan kualitas udara.
- Penggunaan Sumber Daya Alam
- Produksi aspal menggunakan bahan-bahan alam seperti agregat dan bitumen yang diperoleh dari sumber daya alam yang terbatas. Eksploitasi berlebihan dapat menyebabkan degradasi lingkungan dan hilangnya habitat alami.
- Limbah Produksi
- Produksi aspal menghasilkan limbah, termasuk debu dan material sisa yang dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan baik.
Cara Mengurangi Dampak Negatif terhadap Lingkungan
Untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses pembuatan aspal, beberapa langkah dapat diambil:
- Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan
- Implementasi teknologi pemanas rendah emisi seperti pemanas inframerah dan pemanas listrik dapat mengurangi emisi GRK. Menurut studi oleh Wall et al. (2004), teknologi ini dapat mengurangi emisi hingga 50%.
- Daur Ulang Aspal (RAP)
- Menggunakan kembali aspal daur ulang (Reclaimed Asphalt Pavement – RAP) dalam produksi aspal baru dapat mengurangi kebutuhan bahan baku baru dan mengurangi limbah. Penelitian oleh Copeland (2011) menunjukkan bahwa penggunaan RAP dapat mengurangi emisi GRK dan konsumsi energi secara signifikan.
- Pemanfaatan Bahan Tambahan Ramah Lingkungan
- Menggunakan bahan tambahan seperti aspal modifikasi polimer dan filler alami dapat meningkatkan kinerja aspal dan mengurangi kebutuhan bitumen. Studi oleh Shen et al. (2007) menunjukkan bahwa bahan tambahan ini dapat meningkatkan umur pakai jalan dan mengurangi kebutuhan pemeliharaan.
- Optimalisasi Proses Produksi
- Mengoptimalkan proses produksi dengan kontrol suhu yang lebih baik dan efisiensi energi dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi. Penerapan Sistem Manajemen Energi (Energy Management Systems – EnMS) dapat membantu mencapai efisiensi ini.
Kompensasi untuk Dampak Lingkungan
Selain langkah-langkah langsung untuk mengurangi dampak negatif, beberapa bentuk kompensasi lingkungan dapat dilakukan, antara lain:
- Penanaman Pohon
- Menanam pohon sebagai kompensasi untuk emisi karbon dapat membantu menyerap CO2 dari atmosfer. Program reforestasi dapat meningkatkan kualitas udara dan menyediakan habitat bagi satwa liar.
- Kredit Karbon
- Mengikuti program kredit karbon di mana perusahaan dapat membeli kredit untuk mendukung proyek-proyek yang mengurangi emisi GRK di tempat lain. Ini membantu mengimbangi emisi yang dihasilkan selama produksi.
- Inisiatif Keberlanjutan
- Mengadopsi inisiatif keberlanjutan seperti penggunaan energi terbarukan dalam proses produksi, pengurangan limbah, dan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik. Laporan oleh United Nations Environment Programme (UNEP, 2018) menyoroti bahwa inisiatif keberlanjutan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan.
Dengan mengadopsi langkah-langkah ini, industri aspal dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan memastikan ketersediaan sumber daya bagi generasi mendatang.
FAQ atau Pertanyaan Umum Seputar Cara Membuat Aspal
Bahan utama dalam pembuatan aspal adalah agregat (termasuk agregat kasar seperti kerikil dan batu pecah, serta agregat halus seperti pasir) dan bitumen. Bahan tambahan seperti filler atau aspal modifikasi polimer juga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja campuran.
Langkah pertama dalam proses pembuatan aspal adalah persiapan bahan, yang meliputi pemilihan, pembersihan, dan pengayakan agregat serta pemanasan bitumen hingga suhu yang sesuai.
Agregat panas dan bitumen cair dicampur dalam pug mill atau drum mixer. Proses pencampuran berlangsung hingga semua partikel agregat terlapisi secara merata oleh bitumen, menciptakan campuran yang homogen.
Batching Plant mencampur bahan dalam batch tertentu dan mencampur secara terputus-putus, sementara Drum Mix Plant mencampur bahan secara terus-menerus dalam drum berputar, memungkinkan produksi berkelanjutan.
Warm Mix Asphalt (WMA) adalah teknologi yang memungkinkan produksi aspal pada suhu yang lebih rendah dibandingkan metode konvensional. Teknologi ini mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi energi, serta meningkatkan kondisi kerja.
Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) melibatkan penggunaan kembali aspal bekas yang dihancurkan dan dicampur dengan agregat dan bitumen baru. Manfaatnya termasuk pengurangan kebutuhan bahan baku baru, penurunan biaya, dan pengurangan limbah.
Kualitas campuran aspal dikontrol melalui pengujian laboratorium terhadap agregat dan bitumen, serta pengendalian proses yang meliputi monitoring suhu dan pengujian kepadatan serta stabilitas campuran secara berkala.
Setelah aspal dicampur, campuran panas diangkut ke lokasi proyek menggunakan truk khusus. Aspal kemudian dihamparkan dengan paver dan dipadatkan menggunakan roller untuk mencapai kepadatan yang optimal.
Untuk mengurangi dampak lingkungan, teknologi seperti Warm Mix Asphalt (WMA) dan penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) dapat diterapkan. Selain itu, optimalisasi proses produksi dan implementasi teknologi pemanas rendah emisi dapat mengurangi emisi dan konsumsi energi.
Prime coat adalah lapisan perekat yang diaplikasikan pada permukaan dasar sebelum penghamparan aspal. Ini meningkatkan adhesi antara lapisan dasar dan campuran aspal, memastikan kestabilan dan daya tahan struktur jalan.
Referensi:
- Roberts, F. L., Kandhal, P. S., Brown, E. R., Lee, D. Y., & Kennedy, T. W. (1996). “Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design, and Construction.” National Asphalt Pavement Association Research and Education Foundation.
- SNI 03-6749-2002. “Spesifikasi Campuran Beraspal Panas untuk Lapis Permukaan Jalan.” Badan Standardisasi Nasional (BSN).
- Asphalt Institute. (2007). “The Asphalt Handbook.” Asphalt Institute.
- Lu, X., & Isacsson, U. (2002). “Effect of ageing on bitumen chemistry and rheology.” Construction and Building Materials.
- Youtcheff, J. S., Zupanick, T., & McGennis, R. (1997). “Adhesive properties of asphalt binders: Evaluation of improved methodologies.”
- Petersen, J. C., Glaser, R., & Harnsberger, P. (1993). “Asphalt oxidation mechanisms and the role of oxidation products on age hardening revisited.” Road Materials and Pavement Design.
- Bahia, H. U., & Anderson, D. A. (1995). “The new proposed Superpave asphalt binder specification: Test methods and specifications criteria.” Journal of the Association of Asphalt Paving Technologists.
- Read, J., & Whiteoak, D. (2003). “The Shell Bitumen Handbook.”
- Anderson, D. A., & Bahia, H. U. (2001). “Characterization of modified asphalt binders in Superpave mix design.” Journal of the Association of Asphalt Paving Technologists.
- Wu, Y., et al. (1998). “Evaluation of the influence of aggregate on rutting resistance of asphalt mixes.” Transportation Research Record.
- Kandhal, P. S., & Parker, F. (1998). “Aggregate tests for hot mix asphalt: State of the practice.” Transportation Research Board.
- Masad, E., et al. (2001). “Aggregate imaging system (AIMS) for characterizing the shape of fine and coarse aggregates.” Transportation Research Record.
- Neville, A. M. (1995). “Properties of Concrete.” Pearson Education.
- Wall, J., et al. (2004). “Environmental and Economic Benefits of Warm Mix Asphalt Technologies.” Transportation Research Board.
- Copeland, A. (2011). “Reclaimed Asphalt Pavement in Asphalt Mixtures: State of the Practice.” Federal Highway Administration.
- Shen, J., Amirkhanian, S., & Tang, B. (2007). “Influence of Warm Mix Additives on Asphalt Binder and Mixture Properties.” Journal of Construction and Building Materials.
- United Nations Environment Programme (UNEP). (2018). “Greening the Blue: The Environmental Footprint of the UN.”
Ami
Admin Ratu AspalHalo, saya Ami, admin ratu aspal. Berbekal pengalaman di industri pengaspalan jalan, saya siap memberikan informasi terbaru dan layanan konsultasi kepada Anda. PT. Ratu Aspal Indonesia melayani jasa pengaspalan jalan, berkomitmen pada kualitas dan kepuasan pelanggan.